Eksplan Steril
Resistence of Banana Weevil (Musa paradisiaca L.) and Galangal Weevil (Alpinia pupurata) Steril Explants Against Contamination
Moh. Gifari Hi. Sahada (1)
Lab. Mikrobiologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Gorontalo, Jln. Jend. Sudirman, No. 6, Dulalowo Timur, Kota Tengah, Kota Gorontalo, Gorontalo 96128.
ABSTRAK. Eksplan steril merupakan bagian paling penting dalam proses kultivasi atau perbanyakan pada media untuk kegiatan kultur, namun hal ini juga tergantung pada tingkatan daya tahan eksplan yang sudah disterilkan yang dinyatakan dalam satuan hari. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat waktu kontaminasi terhadap eksplan yang sudah disterilkan. Sterilisasi menggunakan larutan alcohol 70% dan bayclin dengan konsentrasi 100% dan 8% Tahapan pertama sterilisasi adalah bongol dikupas dengan ukuran 5 cm, direndam pada larutan alcohol 70% selama 10 menit, larutan bayclin 100% selama 10 menit, dikupas lagi dengan hingga ukuran 3 cm, kemudian direndam pada larutan bayclin 8% selama 10 menit, dan dibilas 3 kali dengan aquades, kemudian dibelah menjadi 4 bagian.masing-masing eksplan diletakkan dalam wadah terpisah dalam keadaan terbuka selama 10 hari pengamatan. Kontaminasi pertama terjadi pada lengkuas di hari ke-3 dan pada pisang di hari ke-5
Kata kunci : Daya tahan, Sterilisasi, bongol pisang, bonggol lengkuas, kontaminasi
ABSTRACT. Steril explant is the most importat part in cultivation process or proliferation on media in the plant culture. However, this things depend on how resistence the explant that has been sterilized measured by day. Research purposes from this research is to show contamination time to the sterilize explant. Sterilized use 70% alcohol and bayclin solution with concentration 100% and 8%. First, the weevil peeled up with measurement to 5 cm, soak on 70% alcohol for 10 min, to bayclin 100% for 10 min, peeled up again to measurement 3 cm, soaking it again on 8% bayclin solution for 10 min, and split it up to 4 part and place it into oppened different container during 10 days of observation. First contamination has showed up in galangal weevil in current day-3, and the banana weevil has showed in current day-5.
Keyword : Resistence, Sterilization, banana weevil, galangal weevil, contamination
PENDAHULUAN
METODE
Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Alat dan Bahan
Prosedur Kerja
Setelah
melakukan pengamatan selama 10 hari, saya mendapatkan hasil berupa kontaminan
yang bisa diamati secara fisik menggunakan mata telanjang berupa organisme jamur
kapang, dengan karakteristik fisik berupa hifa berwarna putih dan juga putih
keabuan pada masing-masing eksplan baik bonggol pisang maupun lengkuas, dengan
jarak kontaminasi berselang 2 hari, dimana lengkuas (Alpinia pupurata K. Scum) menunjukkan kontaminan jelas pada hari
ke-3, sedangkan bonggol pisang (Musa
paradisiaca L.) menunjukkan kontaminasi pada hari ke-5.
PEMBAHASAN
Kontaminasi pada eksplan merupakan salah satu bagian yang menjadi perhatian bagi pegiat kultur jaringan untuk melakukan proses kulturisasi tumbuhan agar mendapatkan hasil yang baik dan sesuai harapan. Eksplan steril yang digunakan dalam proses kultur jaringan memiliki karakteristik dan daya tahan yang bervariasi, baik dari tumbuhan itu sendiri secara genetic maupun pengaruh kinerja praktisi kultur, serta pengaruh lingkungan. Eksplan yang telah disterilkan rentan terkontaminasi dalam wadah terbuka karena berinteraksi langsung dengan udara, namun dalam jangka waktu tertentu, eksplan dapat resisten terhadap kontaminasi. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa terdapat perbandingan resistensi atau daya tahan kontaminasi dari masing masing eksplan. Eksplan lengkuas (Alpinia purpurata K. Scum) mennunjukkan kontaminasi di hari ke-3 lebih cepat dibandingkan dengan eksplan bonggol pisang (Musa paradisiaca L.) yang menunjukkan kontaminasi di hari ke-5.
Daya tahan eksplan yang digunakan tergantung dari pada kinerja praktisi kultur jaringan, bisa disebabkan kurang sterilnya proses yang dilakukan atau karena pengaruh lingkungan. Namun secara genetic, hal ini bisa disebabkan oleh aktivitas proteksi senyawa fenolik pada eksplan pisang (Musa paradisiaca L.) yang telah disterilkan sehingga waktu kontaminasinya lebih lama dibandingkan dengan eksplan lengkuas (Alpinia purpurata K. Scum). Hal tersebut bisa diamati oleh perubahan warna eksplan bonggol pisang yang menjadi coklat di hari ke-3 dan baru terkontaminasi pada hari ke-5.
KESIMPULAN
Eksplan bonggol pisang (Musa paradisiaca L.) menunjukkan daya tahan atau resistensi yang lebih baik dibandingkan dengan eksplan lengkuas (Alpinia purpurata K.Scum), hal ini disebabkan oleh aktivitas produksi senyawa fenolik pada senyawa tersebut untuk proteksi tambahan dari kontaminasi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2004. Budi Daya Pisang Asal Kultur Jaringan. Dinas Pertanian dan Perkebunan. Pemerintah Propinsi DKI, Jakarta.
Anonymous. 2006 Perbanyakan Bibit Pisang Secara Kultur Jaringan. Http://www. dki.go.id
Gunawan L. W. 1992 Tekhnik Kultur Jaringan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Pusat Antara Universitas Bioteknologi. IPB.
Hendaryono, D.P.S. dan Wijayani 1994 Tekhnik Kultur Jaringan dan Petunjuk Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif – Modrn Kanisius. Yogyakarta.
Priyono D. Suhandi dan Matsaleh. 2000. Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh I AA dan z- IP Pada Kultur Jaringan Bakal Buah Pisang. Jurnal Hortikultura.
Sunarjono. 2002. Budi Daya Pisang dan Bibit Kultur Jaringan, Penebar Swadaya . Jakarta.
Wattimena GA, Gunawan LW, Mattjik NA, Syamsudin E, Wiendi NM, dan Ernawati A. 1992. Bioteknologi Tanaman, Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman. Pusat Antar Universitas Bioteknologi. Institut Petanian Bogor, Bogor.
Komentar
Posting Komentar